Desa Trunyan - Penduduk Asli Bali
Desa Trunyan merupakan sebuah desa kuno di tepi danau Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli.
Desa ini merupakan sebuah desa Bali Aga, Bali Mula dengan kehidupan
masyarakat yang unik dan menarik Bali Aga, berarti orang Bali
pegunungan, sedangkan Bali Mula berarti Bali asli. Kebudayaan orang
Trunyan mencerminkan satu pola kebudayaan petani yang konservatif.
Berdasarkan
folk etimologi, penduduk Trunyan mempersepsikan diri dan jati diri
mereka dalam dua versi. Versi pertama, orang Trunyan adalah orang Bali
Turunan, karena mereka percaya bahwa leluhur mereka ‘turun’ dari langit
ke bumi Trunyan. Terkait dengan versi ini, orang Trunyan mempunyai satu
mite atau dongeng suci mengenai asal-usul penduduk Trunyan adalah
seorang Dewi dari langit.
Berdasarkan folk etimologi, penduduk Trunyan
mempersepsikan diri dan jati diri mereka dalam dua versi. Versi pertama,
orang Trunyan adalah orang Bali Turunan, karena mereka percaya bahwa
leluhur mereka ‘turun’ dari langit ke bumi Trunyan. Terkait dengan versi
ini, orang Trunyan mempunyai satu mite atau dongeng suci mengenai
asal-usul penduduk Trunyan adalah seorang Dewi dari langit.
Versi kedua, orang Trunyan hidup dalam sistem ekologi
dengan adanya pohon Taru Menyan, yaitu pohon yang menyebarkan bau-bauan
wangi. Dari perdaduan kata “taru” dan “menyan” berkembang kata Trunyan
yang dipakai nama desa dan nama penduduk desa tersebut.
Desa Trunyan terletak di sebelah timur bibir danau Batur, letak ini sangat terpencil. Jalan darat dari Penelokan, Kintamani,
hanya sampai di desa Kedisan. Dari Kedisan ke desa Trunyan orang harus
menyeberang danau Batur selama 45 menit dengan perahu bermotor atau 2
jam dengan perahu lesung yang digerakkan dengan dayung. Selain jalan
air, Trunyan juga dapat dicapai lewat darat, lewat jalan setapak melalui
desa Buahan dan Abang.
Hawa udara desa Trunyan sangat sejuk, suhunya
rata-rata 17 derajat Celcius dan dapat turun sampai 12 derajat Celcius.
Danau Batur dengan ukuran panjang 9 km dan lebar 5 km merupakan salah
satu sumber air dan sumber kehidupan agraris masyarakat Bali selatan dan
timur.
Secara spesifik, terkait dengan kepercayaan orang
Trunyan mengenai penyakit dan kematian, maka cara pemakaman orang
Trunyan ada 2 macam yaitu:
- Meletakkan jenazah diatas tanah dibawah udara terbuka yang disebut dengan istilah mepasah. Orang-orang yang dimakamkan dengan cara mepasah adalah mereka yang pada waktu matinya termasuk orang-orang yang telah berumah tangga, orang-orang yang masih bujangan dan anak kecil yang gigi susunya telah tanggal.
- Dikubur / dikebumikan. Orang-orang yang dikebumikan setelah meninggal adalah mereka yang cacat tubuhnya, atau pada saat mati terdapat luka yang belum sembuh seperti misalnya terjadi pada tubuh penderita penyakit cacar, lepra dan lainnya. Orang-orang yang mati dengan tidak wajar seperti dibunuh atau bunuh diri juga dikubur. Anak-anak kecil yang gigi susunya belum tanggal juga dikubur saat meninggal.
- Sema wayah diperuntukkan untuk pemakaman jenis mepasah
- Sema bantas, diperuntuukan untuk dengan penguburan.
- Sema nguda, diperuntukkan untuk kedua jenis pemakaman yaitu mepasah (exposure) maupun penguburan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar